Beberapa orang sudah mendapatkan jawabannya. Namun beberapa di
antaranya masih belum percaya karena merasa belum ada penelitian ilmiah
yang mendukung jawaban yang diberikan.
Nah, berikut ini Duniafitnes.com akan merangkum kumpulan
pertanyaan-pertanyaan yang paling sering muncul di forum dan milis kami.
Tim redaksi pun akan berusaha memberikan jawaban terbaik berdasarkan
penelitian dan pendapat para tokoh kesehatan dunia tentang
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berikut diantaranya:
Lebih Sehat Mana, Mentega atau Margarin?
Perbedaan mentega dan margarin terletak pada bahan bakunya. Mentega
dibuat dari lemak hewan dan memiliki kandungan kolesterol diet maupun
lemak jenuh yang tinggi. Sedangkan margarin biasanya terbuat dari lemak
nabati dan kandungan lemak jenuhnya lebih sedikit daripada mentega.
Berbeda dengan margarin yang dibuat dari minyak nabati sehingga
kandungan lemak jenuhnya lebih rendah dan (kebanyakan) tidak mengandung
kolesterol.
Ada alternatif lain selain mentega dan margarin, yakni menggunakan
minyak kanola atau zaitun. Bisa juga memilih produk olesan lain yang
diperkaya dengan sterol dan stanol dari tumbuhan yang berfungsi
menghambat produksi kolesterol dalam tubuh, seperti yang terdapat pada
selai kacang.
Catherine Saxelby seorang ahli gizi di Foodwatch Nutrition Centre,
Australia, mengatakan bahwa rasa olesan dan bentuknya mempengaruhi
seseorang untuk memilihnya. “ Banyak orang lebih memilih mentega
daripada margarin karena aroma mentega lebih menggoda. Pengguna mentega
pun rela mengonsumsinya banyak-banyak karena rasanya yang sedap di
lidah,” tambah Saxelby.
“Demi kesehatan, sebaiknya Anda mulai membatasi konsumsi mentega dan gunakanlah bahan olesan yang lebih sehat,” tukasnya.
Makan Telur, Bikin Sehat atau Kolesterol Tinggi?
Telur memang mengandung kolesterol, terutama di bagian kuning
telurnya. Sedangkan bagian putih telur tidak mengandung kolesterol tapi
sangat kaya akan protein.
Australian Nutrition Foundation menyampaikan bahwa telur masih bisa dimasukkan ke dalam menu makanan sehat. Untuk menjaga kadar kolesterol tetap aman,
sebaiknya konsumsi kuning telur tidak lebih dari 4 butir seminggu. Sedangkan untuk putih telurnya bisa dikonsumsi setiap hari. Metode mengolahnya pun sebaiknya direbus bukan digoreng.
Karbohidrat dapat Menambah Berat Badan?
Sejatinya kondisi ini tergantung pada nilai GI (Indek Glikemik) dalam
makanan yang Anda konsumsi. Karbohidrat ber-GI tinggi cenderung diserap
lebih cepat oleh tubuh dan memicu naiknya gula darah. Ketika gula darah
naik maka kadar insulin tubuh pun ikut naik. Naiknya insulin ini sering
dihubungkan dengan percepatan proses penimbunan lemak dalam tubuh.
Karbohidrat ber-Gi tinggi biasanya terdapat pada nasi putih, kue kering,
roti tepung, kue dan masih banyak lagi.
Air Es Bikin Perut Buncit, Benarkah?
Untuk menjawab hal ini Anda harus bisa membedakan antara perut
manusia dengan lemari es. Jika Anda memasukkan es ke dalam kulkas dan
10-15 menit kemudian Anda keluarkan maka air es itu akan tetap dingin
atau bahkan beku.
Berbeda ketika Anda memasukkan air es ke dalam mulut Anda. 10-15
menit kemudian ketika Anda buang air kecil apakah air es itu tetap
dingin? Tentu tidak! karena tubuh Anda sudah menghangatkannya. Nah,
proses menghangatkan air es ini membutuhkan kalori, yang artinya tubuh
Anda menggunakan lebih banyak kalori untuk menghangatkan es tersebut.
Tapi sekali lagi minum air es saja tidak cukup untuk menurunkan berat
badan. Anda tetap perlu menjaga pola makan dan melakukan latihan. So, ga perlu takut buncit minum air es.
Cokelat & Makanan Berlemak Picu Jerawat?
Tentu tidak. Kulit Anda berjerawat karena ketidakseimbangan hormon
dalam tubuh dan juga karena kotoran yang terlalu lama menempel di
permukaan kulit. The Australian College of Dermatologi mengatakan bahwa, makanan berlemak, cokelat, junk food, minuman bersoda, susu dan olahannya bukanlah makanan penyebab jerawat.
1 Apel Tiap Hari Cegah Penuaan?
Benar. Apel kaya akan vitamin C. Selain itu buah ini juga diperkaya
dengan flavonoid, antioksidan yang akan melindungi tubuh dari kerusakan
akibat radikal bebas. Para peneliti dari Wolfson Center for Age Related Diseases
di Kings College Inggris menemukan, makanan yang mengandung banyak
flavonoid bisa menghambat penurunan daya ingat dan kemampuan kognitif
yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.